Kebutuhan akan air bersih pada saat banjir terutama di kota-kota besar seperti jakarta, sangatlah krusial, apalagi kalau saat hujan deras yang mengakibatkan banjir dan sampah yang banyak, oleh sebab itu maka di perlukan filter air atau saringan air agar air layak untuk di konsumsi, di samping jumlah penduduk yang sangat padat dan penggunaan air tanah untuk kebutuhan sehari-hari, air bersih yang di sediakan oleh PAM tidak akan pernah cukup. pemanas air untuk anak yang baru lahir (bayi)
Seperti tempat-tempat yang biasa kena banjir setiap tahun, tentu saja mereka sangat membutuhkan filter air atau saringan air agar layak untuk di konsumsi.
Banjir di jakarta sudah merupakan tradisi.
Di wilayah Pondok Labu, Cilandak, Jakarta Selatan, warga RW 03 terpaksa kembali mengungsi akibat banjir yang melanda permukiman di enam RT. Debit air kembali naik dan masuk ke permukiman setelah hujan deras yang mengguyur Jakarta pada Selasa (3/4) malam. Banjir mulai kembali menggenangi enam RT sekaligus masing-masing RT 9, 10, 11, 12, 13 dan 14 pada Rabu (4/4) sekitar pukul 02.00 WIB dini hari.
Khusus di permukiman RT 11 RW 03, ketinggian air sempat mencapai dua meter lebih dan baru kembali surut menjadi 60 cm sekitar pukul 05.00 WIB. Ketua RT 11 RW 03 Pondok Labu, Sugiono menjelaskan, khusus di RT 11 terdapat sekitar 658 jiwa dari 157 KK. Secara keseluruhan, di RW 03 secara total terdapat 1.200 jiwa. Akibat banjir tersebut, sebagian besar warga sempat mengungsi di mushola dan posko pengungsian darurat yang didirikan warga.
“Ketinggian air masih sekitar 60 cm. Sejak beberapa hari belakangan, air terus naik sekitar pukul dua dini hari dan sedikit demi sedikit baru mulai surut sekitar pukul lima,” kata Sugiono.
Menurut Sugiono, ketinggian air mencapai puncaknya pada Selasa (3/4) dini hari dan sempat mencapai ketinggian sekitar 2,5 meter. Kondisi yang sama juga pernah dialami warga pada banjir besar akibat meluapnya Kali Krukut yang terjadi pada 30 Oktober 2011 silam.
Hingga berita ini diturunkan, khusus di RT 10 RW 03 Pondok Labu, Cilandak, Jakarta Selatan sama sekali belum tersentuh bantuan. Di RT lain, seperti RT 9, 11, 12, 13 dan 14 baru bantuan dari Kementerian Sosial (Kemsos) yang datang. Permukiman yang berada tepat di belakang lapangan tembak Marinir Cilandak, Jakarta Selatan tersebut saat ini juga membutuhkan bantuan berupa obat-obatan, makanan, air bersih, selimut, dan lain-lain
“Kami sangat membutuhkan bantuan tenda. Sejauh ini baru tenda dari Kemsos yang sudah datang dan itupun jumlahnya baru satu unit. Padahal, kalau malam, tenda biasa digunakan warga untuk menyelamatkan pakaian dan kalau siang untuk menyiapkan konsumsi,” ucap Sugiono.
Dijelaskannya, sejak terjadi banjir besar pada akhir Oktober 2011 silam, warga sempat ditawarkan lima paket penanganan banjir yang ditawarkan Pemrov DKI Jakarta. Paket tersebut terdiri dari pembongkaran/penyodetan gorong-gorong yang dibangun Marinir, normalisasi sungai, pembangunan tanggul, penyediaan pompa, dan pembangunan waduk.
Namun demikian, yang baru dilakukan baru sebatas penyodetan sebagian kecil gorong-gorong dan pembangunan tanggul. Namun, dalam perkembangannya, tanggul kembali jebol dan mengakibatkan RT 9,10, dan 11 kembali tergenang air. “Di RT 9,10, dan 11 banjir diakibatkan tanggul yang dibangun jebol. Kalau di RT 12,13, dan 14, banjir diakibatkan oleh penyempitan sungai yang hingga kini sama sekali belum ditangani,” kata Sugiono.
Humas Badan Nasional Penangggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho menjelaskan, akibat hujan deras yang terjadi beberapa hari terakhir, hanya dua dari lima wilayah DKI Jakarta yang tidak terlalu terkena dampak. Kedua wilayah tersebut yakni Jakarta Pusat dan Jakarta Utara. Khusus di tiga wilayah lainnya, yakni Jakarta Selatan, Timur, dan Barat, hujan mengakibatkan beberapa lokasi maupun pemukiman warga tergenang .
“Dua dari tiga wilayah di Jakarta masih tergolong aman. Wilayah tersebut yakni Jakarta Pusat dan Utara. Sisanya, yakni Jakarta Selatan, Timur dan Barat di beberapa lokasinya banjir,” kata Sutopo Purwo Nugroho, Rabu (4/4).
Banjir yang terjadi di beberapa wilayah di Jakarta Timur di antaranya di Kampung Pulo, Jatinegara (Kelurahan Kampung Melayu), Cijantung (Kelurahan Cijantung) dan Pasar Rebo (Kelurahan Kali Sari). Di Jakarta Selatan terjadi di Kecamatan Pesanggrahan (Kelurahan Cipedak dan Kelurahan Ulujami), Kecamatan Kebayoran Baru (Kelurahan Petogogan), dan Kelurahan Pondok Labu, Cilandak. Di Jakarta Barat, sebagian rus jalan Daan Mogot, Cengkareng, Rawa Buaya hingga Duri Kosambi.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum DKI, Ery Basworo mengatakan, tergenangnya sejumlah kawasan di Pondok Labu, hanya dikarenakan tembok satu rumah di samping Kali Krukut jebol. Sehingga air dengan cepat memasuki kawasan permukiman di kelurahan itu. Terkait bencana banjir yang melanda sebagian wilayah di Jakarta Selatan, Jakarta Barat dan Jakarta Timur, Ery menegaskan semua diakibatkan area tangkapan (catchment area) sungai di tiga wilayah tersebut sudah semakin sempit. Rata-rata lebar semua kali di Jakarta hanya 5 meter, padahal area tangkapan ideal 20 meter.
“Seperti Kali Krukut. Lebar eksisting sebenarnya 10 meter, tapi di lapangan 5 meter, karena adanya bangunan di kiri kanan pinggiran kali. Ditambah lagi sampah-sampah yang mengurangi daya tampungnya,” katanya.
Wakil Kepala Dinas PU DKI, Tarjuki menambahkan, banjir yang terjadi di kawasan Pondok Labu karena satu rumah warga tak mau ditanggul di pinggiran kali. Ketika debit air Kali Krukut yang semakin besar karena ada air kiriman dari Bogor, maka tembok rumahnya tidak kuat menahannya, akhirnya dinding rumah jebol. Padahal, Camat, Lurah hingga Ketua RW dan RT sudah berusaha membujuk warga itu untuk memberi izin kepada pihak Dinas PU yang sedang melakukan penguatan dinding Kali Krukut. Sehingga dapat mencegah terjadinya banjir di kawasan Kelurahan Pondok Labu yang selalu menjadi wilayah langganan banjir. Tarjuki menegaskan Dinas PU DKI telah menyiapkan 78 pompa portable untuk menyedot air agar cepat surut. Diantaranya, dua pompa sudah disiapkan untuk menangani banjir di Kelurahan Pondok Labu, Cilandak, Jakarta Selatan.
Di Jakarta Barat, banjir yang menggenangi sejumlah wilayah di Kecamatan Kebon Jeruk mulai surut sejak Rabu (4/4), sekitar pukul 02.00 dini hari. Hingga berita ini diturunkan sekitar pukul 9.30 WIB ketinggian air di wilayah RT 13, RW 05 Kelurahan Kedoya Selatan sebagai wilayah dengan banjir terparah surut antara 15 cm – 20 cm. Sebelumnya sejak Selasa (3/4) dini hari hingga Rabu (4/4) dini hari ketinggian air di wilayah ini mencapai 1,25 meter.
“Ketinggian air di wilayah RT 13, RW 05 Kelurahan Kedoya Selatan tinggal mencapai 1 meter. Sebelumnya air sempat mencapai ketinggian 1,25 meter, dan sejak dinihari tadi menyusut sedikit demi sedikit,” ungkap Camat Kebon Jeruk Hendra.
Hendra mengungkapkan, air mulai masuk wilayahnya sejak Selasa dinihari dan mulai pukul 04.30 air mulai masuk ke rumah-rumah warga. Air kiriman akibat meluapnya Kali Pesanggrahan ini membanjiri wilayah Kelurahan Sukabumi Selatan, Kelapa Dua, sebagian Kelurahan Kebon Jeruk, Kedoya Selatan dan Kedoya Utara. “Empat kelurahan ini mengalami banjir paling parah di antara wilayah lainnya di Kecamatan Kebon Jeruk. Ketinggian air rata-rata mencapai 1 meter hingga 1,50 meter,” ungkapnya.
Dikatakan, keempat wilayah kelurahan tersebut dihuni sedikitnya 9.000 jiwa. Namun hanya 200 warga dari RT 13, RW 05 Kelurahan Kedoya Selatan yang diungsikan ke tempat-tempat pengungsian. Sedangkan warga lainnya yang juga menjadi korban banjir masih bisa bertahan di dalam rumah mereka sendiri. “Karena paling parah memang di wilayah RT 13. Sedangkan di wilayah lainnya rumah mereka masih bisa ditinggali, sehingga warga memilih tetap bertahan di rumahnya,” katanya.
Sementara itu akibat banjir yang melanda wilayah Jakarta dan sekitarnya, kondisi arus lalu lintas di sejumlah titik di Jakarta Barat lumpuh. Kemacetan terparah terjadi di wilayah Rawa Buaya, Kecamatan Cengkareng. Ratusan kendaraan tidak bergerak terjebak banjir. Kasatlantas Polres Jakarta Barat, AKBP Sularno mengungkapkan, para pengendara dihimbau untuk tidak melewati wilayah Daan Mogot menuju Cengkareng. Sebab sejak Selasa siang hingga Rabu pagi jalan sepanjang Daan Mogot hingga Cengkareng tidak mungkin dilalui kendaraan. “Genangan air masih mencapai ketinggian 1 m di Cengkareng. Akibatnya arus lalu lintas dari depan kantor Samsat, Cengkareng menuju Grogol macet total, kendaraan tidak mungkin bisa lewat. Kami menghimbau pengendara jangan lewat Daan Mogot,” tegasnya.
Selain wilayah Cengkareng, kata Sularno, kemacetan parah juga terjadi di Jalan Arjuna depan Metro TV, serta di Pos Pengumben. Ketinggian air yang mencapai 40 cm menyebabkan sejumlah kendaraan sulit bergerak. “Sampai sekarang jalan di Pos Pengumben dan Jalan Arjuna masih sulit dilewati, kalau bisa para pengendara menghindari jalan tersebut,” katanya.
Genangan cukup tinggi juga terjadi di sekitar lampu merah Green Garden, Jakarta Barat. Akibatnya kendaraan yang melintas di wilayah kelurahan Kedoya Utara itu mengalami kemacetan cukup parah. Banjir juga terpantau di Jalan Daan Mogot km 12 mulai depan eks pabrik gelas hingga depan kantor Dispenda DKI Jakarta setinggi 1 meter lebih atau setinggi pinggang orang dewasa. Akibatnya ribuan kendaraan bermotor tertahan dan tidak dapat melewati jalan tersebut mengakibatkan jalan ini lumpuh total dan tidak dapat dilalui kendaraaan.
Ratusan pengemudi dan pengendara motor memilih berbalik arah menghindari jalan tersebut akibatnya kemacetan panjang mencapai 3 km lebih terjadi.
Kemacetan juga disebabkan akibat ratusan motor yang memarkir kendaraannya dan melihat-lihat serta menanyakan situasi yang terjadi.
Bagi mereka yang ingin ke kantor banyak juga yang berbalik arah menuju Tangerang untuk masuk tol Tangerang yang menuju Tomang Jakarta Barat. Banyak juga dari mereka akhirnya memilih pulang. Para pengendara motor dan angkutan pribadi yang baru pulang terjebak kemacetan lebih dari tiga jam mulai dari arah Grogol hingga Cengkareng. Karena jalan tidak bisa juga dilalui hibgga akhirnya mereka memutar balik dan mencari jalan alternatif melalui tol Tomang dan tol Pluit arah Bandara Soekarno Hatta.
Hujan deras yang melanda wilayah kota Tangerang, Kabupaten Tangerang, dan Kota Tangerang Selatan sejak Senin (2/4) menyebabkan sejumlah kawasan terendam. Banjir juga menyebabkan jalan tol BSD-Bintaro terputus beberapa jam karena air merendam ruas jalan tol di km 7 arah Pondok Aren. Akibatnya arus kendaraan macet dan dialihkan melalui jalan Pondok Aren. Di wilayah Kota Tangerang banjir merendam ruas jalan diwilayah Kecamatan Karang Tengah dan Kecamatan Ciledug.
Ketinggian air mencapai 30-50 cm yang disebabkan meluapnya Kali Angke. Beberapa perumahan tersebut diantaranya Ciledug Indah 1, Pinang Gria, Pondok Bahar, Puri Kartika dan Griya Kencana. Wakil Wali Kota Tangerang Arief R Wimansyah mengatakan, air dari Kali Angke mulai meluap ke perumahan sejak pukul 02.00 WIB. Ketinggian air mencapai 30-50 cm. “Banjir ini merupakan kiriman dari Bogor. Ada sekitar 700 KK dari beberapa perumahan yang rumahnya terendam,” katanya, saat memantau banjir di Perumahan Ciledug Indah 1, Kelurahan Pedurenan, Kecamatan Ciledug, Kota Tangerang,” ujarnya.
Arief mengatakan, beberapa saat setelah banjir, pihaknya langsung menerjunkan puluhan personel dari Dinas Pemadam Kebakaran dan Tagana untuk siap di lokasi banjir. Untuk di Perumahan Ciledug Indah 1, pihaknya telah memfungsikan pompa 6 unit pompa penyedot air. “Pemkot selalu berkoordinasi untuk mengantisipasi kemungkinan yang terjadi. Hingga saat ini ketinggian air sudah menurun 10 cm,” ungkapnya.
Menurut Arief, pihaknya telah melakukan langkah antisipasi dengan penambahan pompa dan turap serta membuat sumur resapan sehingga air di permukaan masuk ke dalam tanah. “Pengembang perumahan juga kita dorong untuk membuat danau buatan. Kita juga telah berencana dengan Dinas PU untuk membuat sodetan dari Kali Angke agar air bisa dibuang ke Situ Cipondoh,” jelasnya.
Kabid Sumber Daya Air Dinas Pekerjaan Umum Kota Tangerang Suparman Iskandar mengatakan, Pemkot akan melaporkan peristiwa banjir tersebut ke Gubernur Provinsi Banten dan Kementerian Pekerjaan Umum agar segera merealisasikan normalisasi Kali Angke dengan dana APBN sebesar Rp 300 miliar. “Kita akan laporkan agar langkah konkret dari pusat segera dilakukan. Selain normalisasi, Kali Angke juga akan dilebarkan menjadi 12 meter,” katanya.
Berdasarkan data dari Badan Penanggulangan Bancana Daerah (BPBD) Kota Tangsel empat dari tujuh kecamatan di Kota Tangsel terendam banjir. Di Ciputat, Pondok Cipayung Mas sebanyak 80 rumah dengan ketinggian air 60 cm. komplek Inhutani, 30 rumah dengan ketinggian air 30 cm. Ciputat Timur, perumahan Pondok Hijau 400 rumah dengan ketinggian air 60 cm. Cempaka putih, masih dalam pendataan. Di Pamulang, perumahan Reni Jaya 250 rumah dengan ketinggian air 40 cm. Perumahan Bumi Pamulang Indah I, empat blok.
Sedangkan, di Pondok Aren, Perumahan Puri Masanta 300 rumah dengan ketinggian air 60 cm. Sementara, Perumahan Pondok Kacang, 50 rumah dengan ketinggian air 50 cm.
Curah hujan yang tinggi di Bogor membuat debit air di Bendungan Katulampa, Kota Bogor, melewati ambang batas normal. Hingga Selasa (3/4) malam, debit air mencapai 138,126 cm kubik per detik, dengan ketinggian permukaan air 100 cm. “Pukul 17.00 lalu ketinggian permukaan air bahkan mencapai 140 cm, dengan volume debit air 2.460 cm kubik per detik,” kata petugas bendung Katulampa, Muhamad Alwan.
Alwan menambahkan, ketinggian permukaan air dan debit air di Katulampa memasuki status Siaga tiga. Akan tetapi dia memprediksikan, kondisi ini akan berangsur-angsur aman seiring dengan berkurangnya potensi curah hujan di Bogor. “Ambang batas normal berada pada ketinggian permukaan air 50 cm dengan debit air 35,876 cm kubik per detik,” katanya.
Kendati demikian hingga Selasa malam hujan masih terus membasahi Bogor. Turunnya hujan sejak tiga hari berturut-turut sempat membuat beberapa ruas jalan di Bogor tergenang air. Ketinggian genangan air bervariasi, mulai dari setinggi mata kaki hingga selutut orang dewasa. “Petugas di Bendungan Katulampa akan terus memantau perkembangan debit air 24 jam nonstop,” katanya.
Sementara itu, cagub DKI Hidayat Nur Wahid menilai Pemda DKI harus mengatasi masalah banjir di wilayah Ibukota sehingga tidak saja menambah keresahan warga juga terpuruk kondisi lingkungan setempat.
Terkait tingginya banjir pada sejumlah lokasi di Jakarta, Hidayat juga mengklaim ada penyebab lainnya yakni, minimnya ruang resapan air dan maraknya pengeluaran IMB. “Seperti kondisi banjir di rumah saya kawasan Kemang, Jakarta Selatan akibat dari luapan kali Krukut yang debet airnya mudah tinggi karena penyempitan. Sebelumnya lebar kali tersebut 15 meter kini tinggal 5 meter yang lebihnya digunakan permukiman,” kata Hidayat.
Source: pembaharuan.com
Seperti tempat-tempat yang biasa kena banjir setiap tahun, tentu saja mereka sangat membutuhkan filter air atau saringan air agar layak untuk di konsumsi.
Banjir di jakarta sudah merupakan tradisi.
Di wilayah Pondok Labu, Cilandak, Jakarta Selatan, warga RW 03 terpaksa kembali mengungsi akibat banjir yang melanda permukiman di enam RT. Debit air kembali naik dan masuk ke permukiman setelah hujan deras yang mengguyur Jakarta pada Selasa (3/4) malam. Banjir mulai kembali menggenangi enam RT sekaligus masing-masing RT 9, 10, 11, 12, 13 dan 14 pada Rabu (4/4) sekitar pukul 02.00 WIB dini hari.
Khusus di permukiman RT 11 RW 03, ketinggian air sempat mencapai dua meter lebih dan baru kembali surut menjadi 60 cm sekitar pukul 05.00 WIB. Ketua RT 11 RW 03 Pondok Labu, Sugiono menjelaskan, khusus di RT 11 terdapat sekitar 658 jiwa dari 157 KK. Secara keseluruhan, di RW 03 secara total terdapat 1.200 jiwa. Akibat banjir tersebut, sebagian besar warga sempat mengungsi di mushola dan posko pengungsian darurat yang didirikan warga.
“Ketinggian air masih sekitar 60 cm. Sejak beberapa hari belakangan, air terus naik sekitar pukul dua dini hari dan sedikit demi sedikit baru mulai surut sekitar pukul lima,” kata Sugiono.
Menurut Sugiono, ketinggian air mencapai puncaknya pada Selasa (3/4) dini hari dan sempat mencapai ketinggian sekitar 2,5 meter. Kondisi yang sama juga pernah dialami warga pada banjir besar akibat meluapnya Kali Krukut yang terjadi pada 30 Oktober 2011 silam.
Hingga berita ini diturunkan, khusus di RT 10 RW 03 Pondok Labu, Cilandak, Jakarta Selatan sama sekali belum tersentuh bantuan. Di RT lain, seperti RT 9, 11, 12, 13 dan 14 baru bantuan dari Kementerian Sosial (Kemsos) yang datang. Permukiman yang berada tepat di belakang lapangan tembak Marinir Cilandak, Jakarta Selatan tersebut saat ini juga membutuhkan bantuan berupa obat-obatan, makanan, air bersih, selimut, dan lain-lain
“Kami sangat membutuhkan bantuan tenda. Sejauh ini baru tenda dari Kemsos yang sudah datang dan itupun jumlahnya baru satu unit. Padahal, kalau malam, tenda biasa digunakan warga untuk menyelamatkan pakaian dan kalau siang untuk menyiapkan konsumsi,” ucap Sugiono.
Dijelaskannya, sejak terjadi banjir besar pada akhir Oktober 2011 silam, warga sempat ditawarkan lima paket penanganan banjir yang ditawarkan Pemrov DKI Jakarta. Paket tersebut terdiri dari pembongkaran/penyodetan gorong-gorong yang dibangun Marinir, normalisasi sungai, pembangunan tanggul, penyediaan pompa, dan pembangunan waduk.
Namun demikian, yang baru dilakukan baru sebatas penyodetan sebagian kecil gorong-gorong dan pembangunan tanggul. Namun, dalam perkembangannya, tanggul kembali jebol dan mengakibatkan RT 9,10, dan 11 kembali tergenang air. “Di RT 9,10, dan 11 banjir diakibatkan tanggul yang dibangun jebol. Kalau di RT 12,13, dan 14, banjir diakibatkan oleh penyempitan sungai yang hingga kini sama sekali belum ditangani,” kata Sugiono.
Humas Badan Nasional Penangggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho menjelaskan, akibat hujan deras yang terjadi beberapa hari terakhir, hanya dua dari lima wilayah DKI Jakarta yang tidak terlalu terkena dampak. Kedua wilayah tersebut yakni Jakarta Pusat dan Jakarta Utara. Khusus di tiga wilayah lainnya, yakni Jakarta Selatan, Timur, dan Barat, hujan mengakibatkan beberapa lokasi maupun pemukiman warga tergenang .
“Dua dari tiga wilayah di Jakarta masih tergolong aman. Wilayah tersebut yakni Jakarta Pusat dan Utara. Sisanya, yakni Jakarta Selatan, Timur dan Barat di beberapa lokasinya banjir,” kata Sutopo Purwo Nugroho, Rabu (4/4).
Banjir yang terjadi di beberapa wilayah di Jakarta Timur di antaranya di Kampung Pulo, Jatinegara (Kelurahan Kampung Melayu), Cijantung (Kelurahan Cijantung) dan Pasar Rebo (Kelurahan Kali Sari). Di Jakarta Selatan terjadi di Kecamatan Pesanggrahan (Kelurahan Cipedak dan Kelurahan Ulujami), Kecamatan Kebayoran Baru (Kelurahan Petogogan), dan Kelurahan Pondok Labu, Cilandak. Di Jakarta Barat, sebagian rus jalan Daan Mogot, Cengkareng, Rawa Buaya hingga Duri Kosambi.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum DKI, Ery Basworo mengatakan, tergenangnya sejumlah kawasan di Pondok Labu, hanya dikarenakan tembok satu rumah di samping Kali Krukut jebol. Sehingga air dengan cepat memasuki kawasan permukiman di kelurahan itu. Terkait bencana banjir yang melanda sebagian wilayah di Jakarta Selatan, Jakarta Barat dan Jakarta Timur, Ery menegaskan semua diakibatkan area tangkapan (catchment area) sungai di tiga wilayah tersebut sudah semakin sempit. Rata-rata lebar semua kali di Jakarta hanya 5 meter, padahal area tangkapan ideal 20 meter.
“Seperti Kali Krukut. Lebar eksisting sebenarnya 10 meter, tapi di lapangan 5 meter, karena adanya bangunan di kiri kanan pinggiran kali. Ditambah lagi sampah-sampah yang mengurangi daya tampungnya,” katanya.
Wakil Kepala Dinas PU DKI, Tarjuki menambahkan, banjir yang terjadi di kawasan Pondok Labu karena satu rumah warga tak mau ditanggul di pinggiran kali. Ketika debit air Kali Krukut yang semakin besar karena ada air kiriman dari Bogor, maka tembok rumahnya tidak kuat menahannya, akhirnya dinding rumah jebol. Padahal, Camat, Lurah hingga Ketua RW dan RT sudah berusaha membujuk warga itu untuk memberi izin kepada pihak Dinas PU yang sedang melakukan penguatan dinding Kali Krukut. Sehingga dapat mencegah terjadinya banjir di kawasan Kelurahan Pondok Labu yang selalu menjadi wilayah langganan banjir. Tarjuki menegaskan Dinas PU DKI telah menyiapkan 78 pompa portable untuk menyedot air agar cepat surut. Diantaranya, dua pompa sudah disiapkan untuk menangani banjir di Kelurahan Pondok Labu, Cilandak, Jakarta Selatan.
Di Jakarta Barat, banjir yang menggenangi sejumlah wilayah di Kecamatan Kebon Jeruk mulai surut sejak Rabu (4/4), sekitar pukul 02.00 dini hari. Hingga berita ini diturunkan sekitar pukul 9.30 WIB ketinggian air di wilayah RT 13, RW 05 Kelurahan Kedoya Selatan sebagai wilayah dengan banjir terparah surut antara 15 cm – 20 cm. Sebelumnya sejak Selasa (3/4) dini hari hingga Rabu (4/4) dini hari ketinggian air di wilayah ini mencapai 1,25 meter.
“Ketinggian air di wilayah RT 13, RW 05 Kelurahan Kedoya Selatan tinggal mencapai 1 meter. Sebelumnya air sempat mencapai ketinggian 1,25 meter, dan sejak dinihari tadi menyusut sedikit demi sedikit,” ungkap Camat Kebon Jeruk Hendra.
Hendra mengungkapkan, air mulai masuk wilayahnya sejak Selasa dinihari dan mulai pukul 04.30 air mulai masuk ke rumah-rumah warga. Air kiriman akibat meluapnya Kali Pesanggrahan ini membanjiri wilayah Kelurahan Sukabumi Selatan, Kelapa Dua, sebagian Kelurahan Kebon Jeruk, Kedoya Selatan dan Kedoya Utara. “Empat kelurahan ini mengalami banjir paling parah di antara wilayah lainnya di Kecamatan Kebon Jeruk. Ketinggian air rata-rata mencapai 1 meter hingga 1,50 meter,” ungkapnya.
Dikatakan, keempat wilayah kelurahan tersebut dihuni sedikitnya 9.000 jiwa. Namun hanya 200 warga dari RT 13, RW 05 Kelurahan Kedoya Selatan yang diungsikan ke tempat-tempat pengungsian. Sedangkan warga lainnya yang juga menjadi korban banjir masih bisa bertahan di dalam rumah mereka sendiri. “Karena paling parah memang di wilayah RT 13. Sedangkan di wilayah lainnya rumah mereka masih bisa ditinggali, sehingga warga memilih tetap bertahan di rumahnya,” katanya.
Sementara itu akibat banjir yang melanda wilayah Jakarta dan sekitarnya, kondisi arus lalu lintas di sejumlah titik di Jakarta Barat lumpuh. Kemacetan terparah terjadi di wilayah Rawa Buaya, Kecamatan Cengkareng. Ratusan kendaraan tidak bergerak terjebak banjir. Kasatlantas Polres Jakarta Barat, AKBP Sularno mengungkapkan, para pengendara dihimbau untuk tidak melewati wilayah Daan Mogot menuju Cengkareng. Sebab sejak Selasa siang hingga Rabu pagi jalan sepanjang Daan Mogot hingga Cengkareng tidak mungkin dilalui kendaraan. “Genangan air masih mencapai ketinggian 1 m di Cengkareng. Akibatnya arus lalu lintas dari depan kantor Samsat, Cengkareng menuju Grogol macet total, kendaraan tidak mungkin bisa lewat. Kami menghimbau pengendara jangan lewat Daan Mogot,” tegasnya.
Selain wilayah Cengkareng, kata Sularno, kemacetan parah juga terjadi di Jalan Arjuna depan Metro TV, serta di Pos Pengumben. Ketinggian air yang mencapai 40 cm menyebabkan sejumlah kendaraan sulit bergerak. “Sampai sekarang jalan di Pos Pengumben dan Jalan Arjuna masih sulit dilewati, kalau bisa para pengendara menghindari jalan tersebut,” katanya.
Genangan cukup tinggi juga terjadi di sekitar lampu merah Green Garden, Jakarta Barat. Akibatnya kendaraan yang melintas di wilayah kelurahan Kedoya Utara itu mengalami kemacetan cukup parah. Banjir juga terpantau di Jalan Daan Mogot km 12 mulai depan eks pabrik gelas hingga depan kantor Dispenda DKI Jakarta setinggi 1 meter lebih atau setinggi pinggang orang dewasa. Akibatnya ribuan kendaraan bermotor tertahan dan tidak dapat melewati jalan tersebut mengakibatkan jalan ini lumpuh total dan tidak dapat dilalui kendaraaan.
Ratusan pengemudi dan pengendara motor memilih berbalik arah menghindari jalan tersebut akibatnya kemacetan panjang mencapai 3 km lebih terjadi.
Kemacetan juga disebabkan akibat ratusan motor yang memarkir kendaraannya dan melihat-lihat serta menanyakan situasi yang terjadi.
Bagi mereka yang ingin ke kantor banyak juga yang berbalik arah menuju Tangerang untuk masuk tol Tangerang yang menuju Tomang Jakarta Barat. Banyak juga dari mereka akhirnya memilih pulang. Para pengendara motor dan angkutan pribadi yang baru pulang terjebak kemacetan lebih dari tiga jam mulai dari arah Grogol hingga Cengkareng. Karena jalan tidak bisa juga dilalui hibgga akhirnya mereka memutar balik dan mencari jalan alternatif melalui tol Tomang dan tol Pluit arah Bandara Soekarno Hatta.
Hujan deras yang melanda wilayah kota Tangerang, Kabupaten Tangerang, dan Kota Tangerang Selatan sejak Senin (2/4) menyebabkan sejumlah kawasan terendam. Banjir juga menyebabkan jalan tol BSD-Bintaro terputus beberapa jam karena air merendam ruas jalan tol di km 7 arah Pondok Aren. Akibatnya arus kendaraan macet dan dialihkan melalui jalan Pondok Aren. Di wilayah Kota Tangerang banjir merendam ruas jalan diwilayah Kecamatan Karang Tengah dan Kecamatan Ciledug.
Ketinggian air mencapai 30-50 cm yang disebabkan meluapnya Kali Angke. Beberapa perumahan tersebut diantaranya Ciledug Indah 1, Pinang Gria, Pondok Bahar, Puri Kartika dan Griya Kencana. Wakil Wali Kota Tangerang Arief R Wimansyah mengatakan, air dari Kali Angke mulai meluap ke perumahan sejak pukul 02.00 WIB. Ketinggian air mencapai 30-50 cm. “Banjir ini merupakan kiriman dari Bogor. Ada sekitar 700 KK dari beberapa perumahan yang rumahnya terendam,” katanya, saat memantau banjir di Perumahan Ciledug Indah 1, Kelurahan Pedurenan, Kecamatan Ciledug, Kota Tangerang,” ujarnya.
Arief mengatakan, beberapa saat setelah banjir, pihaknya langsung menerjunkan puluhan personel dari Dinas Pemadam Kebakaran dan Tagana untuk siap di lokasi banjir. Untuk di Perumahan Ciledug Indah 1, pihaknya telah memfungsikan pompa 6 unit pompa penyedot air. “Pemkot selalu berkoordinasi untuk mengantisipasi kemungkinan yang terjadi. Hingga saat ini ketinggian air sudah menurun 10 cm,” ungkapnya.
Menurut Arief, pihaknya telah melakukan langkah antisipasi dengan penambahan pompa dan turap serta membuat sumur resapan sehingga air di permukaan masuk ke dalam tanah. “Pengembang perumahan juga kita dorong untuk membuat danau buatan. Kita juga telah berencana dengan Dinas PU untuk membuat sodetan dari Kali Angke agar air bisa dibuang ke Situ Cipondoh,” jelasnya.
Kabid Sumber Daya Air Dinas Pekerjaan Umum Kota Tangerang Suparman Iskandar mengatakan, Pemkot akan melaporkan peristiwa banjir tersebut ke Gubernur Provinsi Banten dan Kementerian Pekerjaan Umum agar segera merealisasikan normalisasi Kali Angke dengan dana APBN sebesar Rp 300 miliar. “Kita akan laporkan agar langkah konkret dari pusat segera dilakukan. Selain normalisasi, Kali Angke juga akan dilebarkan menjadi 12 meter,” katanya.
Berdasarkan data dari Badan Penanggulangan Bancana Daerah (BPBD) Kota Tangsel empat dari tujuh kecamatan di Kota Tangsel terendam banjir. Di Ciputat, Pondok Cipayung Mas sebanyak 80 rumah dengan ketinggian air 60 cm. komplek Inhutani, 30 rumah dengan ketinggian air 30 cm. Ciputat Timur, perumahan Pondok Hijau 400 rumah dengan ketinggian air 60 cm. Cempaka putih, masih dalam pendataan. Di Pamulang, perumahan Reni Jaya 250 rumah dengan ketinggian air 40 cm. Perumahan Bumi Pamulang Indah I, empat blok.
Sedangkan, di Pondok Aren, Perumahan Puri Masanta 300 rumah dengan ketinggian air 60 cm. Sementara, Perumahan Pondok Kacang, 50 rumah dengan ketinggian air 50 cm.
Curah hujan yang tinggi di Bogor membuat debit air di Bendungan Katulampa, Kota Bogor, melewati ambang batas normal. Hingga Selasa (3/4) malam, debit air mencapai 138,126 cm kubik per detik, dengan ketinggian permukaan air 100 cm. “Pukul 17.00 lalu ketinggian permukaan air bahkan mencapai 140 cm, dengan volume debit air 2.460 cm kubik per detik,” kata petugas bendung Katulampa, Muhamad Alwan.
Alwan menambahkan, ketinggian permukaan air dan debit air di Katulampa memasuki status Siaga tiga. Akan tetapi dia memprediksikan, kondisi ini akan berangsur-angsur aman seiring dengan berkurangnya potensi curah hujan di Bogor. “Ambang batas normal berada pada ketinggian permukaan air 50 cm dengan debit air 35,876 cm kubik per detik,” katanya.
Kendati demikian hingga Selasa malam hujan masih terus membasahi Bogor. Turunnya hujan sejak tiga hari berturut-turut sempat membuat beberapa ruas jalan di Bogor tergenang air. Ketinggian genangan air bervariasi, mulai dari setinggi mata kaki hingga selutut orang dewasa. “Petugas di Bendungan Katulampa akan terus memantau perkembangan debit air 24 jam nonstop,” katanya.
Sementara itu, cagub DKI Hidayat Nur Wahid menilai Pemda DKI harus mengatasi masalah banjir di wilayah Ibukota sehingga tidak saja menambah keresahan warga juga terpuruk kondisi lingkungan setempat.
Terkait tingginya banjir pada sejumlah lokasi di Jakarta, Hidayat juga mengklaim ada penyebab lainnya yakni, minimnya ruang resapan air dan maraknya pengeluaran IMB. “Seperti kondisi banjir di rumah saya kawasan Kemang, Jakarta Selatan akibat dari luapan kali Krukut yang debet airnya mudah tinggi karena penyempitan. Sebelumnya lebar kali tersebut 15 meter kini tinggal 5 meter yang lebihnya digunakan permukiman,” kata Hidayat.
Source: pembaharuan.com